SASTRA ANAK DAN
PEMBELAJARANNYA DI SEKOLAH DASAR
2.1 Sastra Anak
D
|
alam
kehidupan sehari-hari, sering kita mendengar orang menyebutkan atau mengucapkan
kata sastra anak. Kata sastra anak merupakan dua patah kata yang dirangkai
menjadi satu kata sebut, yaitu dari kata sastra dan kata anak. Kata sastra
berarti karya seni imajinatif dengan unsur estetisnya dominan yang bermediumkan
bahasa.Sementara itu kata anak disini diartikan sebagai manusia yang masih
kecil, disini bukan anak balita dan bukan pula anak remaja , me;lainkan anak
yang masih berumur antara 6 – 13 tahun, usia anak sekolah dasar. Jadi secara
sederhan istilah sastra anak dapat diartikan sebagai karya seni yang imajinatif
dengan unsure estetisnya dominan yang bermediumkan bahasa , baik lisan maupun
tertulis, yang secara khusus dapat dipahami oleh anak-anak dan berisi dunia
yang berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.
Sementara
itu, istilah cerita anak merupakan yang umum untuk menyebut sastra anak yang
semata-mata bergenre prosa, seperti dongeng , legenda, mite yang diolah kembali
menjadi cerita anak , dan tidak termasuk jenis puisi anak atau drama anak. Sifat
dan hakikat sastra anak harus sesuai dengan dunia dan alam kehidupan anak –
anak yang khas milik mereka dan bukan milik orang dewasa, sifat sastra anak
lebih menonjolkan unsur fantasi .Di situlah letak kekhasan hakikat sastra anak
, yaitu bertumpu dan bermula pada penyajian nilai dan imbauan tertentu yang
dianggap sebagai pedoman tingkah laku dalam alam kehidupan mereka ( sarumpaet,
1976 : 29 )
Riris
K. Toha – Sarumpaet ( 1876 : 29-32 ) mengemukakan bahwa ada 3 ciri yang
menandai sastra anak itu berbeda dengan sastra orang dewasa .Tiga cirri pembeda
itu berupa (1) unsur pantangan, (2) Penyajian dengan gaya secara langsung, dan
(3) Fungsi terapan.
Unsur
pantangan merupakan unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa sastra anak menghindari atau pantangan
terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut masalah dendam yang menimbulkan
kebencian, kekejaman, prasangka buruk, kecurangan yang jahat dan masalah
kematian.
Penyajian
dengan gaya secara langsung adalah bahwa sajian cerita merupakan deskripsi
secara singkat dan langsung menuju sasaranya, mengetengahkan gerak yang
dinamis, dan jelas sebab-sebabnya.
Fungsi
terapan adalah sajian cerita yang harus bersifat imformatif dan mengandung
unsure-unsur yang bermanfaat, baik untuk pengetahuan umum, keterampilan khusus,
maupun untuk pertumbuhan anak.Fungsi terapan dalam sastra anak ini ditunjukan
oleh unsur-unsur instrinsik yang terdapat pada teks karya sastra anak itu
sendiri ,misalnya dari judul petualangan Sinbad akan memberi informasi tokoh
asing .
2.1.1 Jenis Sastra Anak
S
|
eperti
halnya karya sastra secara umum, jenis sastra anak juga terdapat bentuk prosa,
puisi, dan drama. Jenis prosa dan puisi sastra anak adalah yang paling banyak
ditulis orang. Sementara itu , jenis karya drama anak sangat jarang ditulis dan
bukan berarti tidak ada. Hakikat dan sifat sastra anak dapat dikelompokan
menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya, yaitu (1) jenis karya
sastra anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda mati
,seperti, batu, sungai, air, lautan , sepatu dan kue; (2) jenis karya sastra
anak yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda hidup yang
bukan manusia, seperti bunga sepatu, buaya, ikan hiu, pelanduk atau si kancil,
dan rumput; serta (3) jenis karya sastra anak yang mengenengahkan tokoh utama
yang berasal dari alam manusia itu sendiri, seperti dalam kisah Cinderella,
putri kerudung merah, bawang merah dan bawang putih, dan putri salju.
Di dalam pembicaraan sehari-hari, dongeng
merupakan suatu cerita yang hidup dikalangan rakyat yang disajikan dengan cara
bertutur lisan. Pada mulanya dongeng berkaita dengan kepercayaan masyarakat
yang berkebudayaan primitif. Adapun, Jacob Grimn mengemukakan bahwa dongeng
menggambarkan peri kehidupan dan kebudayaan nenek moyang bangsa jerman, serta
sumber mempelajari bahasa dan menemukakan hukum-hukum bahasa jerman. Berdasarkan
isinya dongeng digolongkan atas beberapa jenis, yaitu legenda, fabel, dan
cerita rakyat. Contoh : Cerita Dewi Sri yang dikisahkan sang dewi menolak
diperistri oleh Batara Guru. Dewi Sri meninggal. Ketika dimakamkan dari
jenazahnya tumbuh pohon padi, dari kepala, tumbuh pohon kelapa, dari giginya
tumbuh pohon agung.
2. Fabel
Fabel adalah cerita yang digunakan untuk
pendidikan moral. Kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang. Disamping
itu, fabel yang menggunakan tokoh. Tokoh binatang, ada yang menggunakan manusia
atau benda mati sebagai tokoh (Swyer Dar Comer 1991 : 78-79). Kesusastraaan
Indonesia cukup kaya dengan cerita binatang ini, misalnya cerita sikancil yang
memiliki perilaku yang cerdik, jenaka, lincah, dsb. Yang amat popular di
masyarakat Indonesia. Contoh : Cerita sikancil dengan kura-kura, dia memiliki
akal yang cerdik yang dapat mengelabui kura-kura.
3. Legenda
3. Legenda
Istilah legenda dari kata “legend” (inggris).
Dalam kamus Riders Dictionary oleh Hornby, legend berarti “old story handed
from the past. : one deuftful truth” (cerita purbakala yang meriwayatkan
tentang masa lalu yang belum pasti kebenarannya. Legenda adalah cerita yang
isinya tentang asal usul suatu daerah.
Contoh : Gunung Tangkuban Perahu
Contoh : Gunung Tangkuban Perahu
4. Cerita Rakyat
Cerita rakyat merupakan cerita yang alurnya
mirip dengan legenda, yang mengungkap penyelesaian masalah secara baik dan
adil. Setiap kebudayaan memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat digunakan untuk
menerangkan suatu masyarakat, sejarah, dan gejala alam. Contoh : Malin Kundang
5. Puisi
Puisi merupakan nyanyian tanpa notasi. Puisi
merupakan bentuk karya satra yang paling imajinatif dan mendalam mengenai alam
sekitar, cinta, kasih sayang, perjuangan, dll. Puisi memiliki irama yang indah,
ringkas, dan tepat. Contoh:
Karya Asrul Sani
Surat dari Ibu
Pergi ke laut lepas, anaku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Menutup pintu waktu lampau.
6. Drama
Drama
dalam kaitannya dengan pembelajaran di kelas rendah, berarti yang sesuai dengan
karakteristik usia anak. Sehubungan dengan itu, Hamzah (1985:145) menyatakan
bahwa kegiatan drama bagi anak-anak harus merupakan langkah rekreasi, senilai
dengan kegiatan bermain kelereng, layang-layang, sekolah, rumah-rumahan,
bermain boneka dll. Jadi drama tidak seperti yang dipentasakan oleh orang
dewasa. Namun dalam hal ini drama merupakan sarana untuk menarik minat,
melatih, atau mengenalkan dasar-dasar tentang drama. Jadi drama di kelas rendah
masih merupakan permainan.
2.1.3 Pengertian Apresiasi Sastra Anak
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau membaca istilah apresiasi ataupun
mengapresiasi diucapkan atau dituliskan orang dalam berbagai
kesempatan.Pengertian apresiasi yang kita maksudkan disini adalah (1) kesadaran
kita terhadap seni nilai-nilai budaya
(sastra anak), dan (2) Penilaian atau penghargaan kita terhadap sesuatu (sastra anak). Pengertian sastra anak dalam
apresiasi sastra disini adalah sesuatu yang dijadikan pokok pembicaraan atau
objek materi yang dibahas .Sebagaimana kita ketahui bahwa sastra anak adalah
karya sastra yang dikonsumsi oleh anak-anak. Seseorang melakukan apresiasi
terhadap sastra anak setelah seseorang melakukan kegiatan, misalnya membaca ,
mendengarkan, mendeklamasikan , menulis ulang, dan sebagainya.
2.1.4 Kegiatan Apresiasi Sastra Anak
Dalam
melaksanakan apresiasi sastra anak itu kita dapat melkukan beberapa kegiatan ,
antara lain kegiatan apresiasi langsung, kegiatan apresiasi tidak langsung,
pendokumentasian, dan kegiatan kreatif.
1. Kegiatan
Apresiasi Langsung
Adalah kegiatan yang dilakukan secara
sadar untuk memperoleh nilai kenikmatan dan kekhidmatan dari karya sastra anak
yang diapresiasi , Kegiatan apresiasi langsung meliputi kegiatan sebagai
berikut :
a. Membaca
sastra anak
b. Mendengar
sastra anak ketika dibacakan atau dideklamasikan
c. Menonton
pertunjukan sastra anak ketika karya sastra anak itu dipentaskan.
2. Kegiatan
Apresiasi Tak Langsung
Adalah
suatu kegiatan apresiasi yang menunjang pemahaman terhadap karya sastra anak.
Cara tidak langsung ini meliputi 3 kegiatan pokok, yaitu (a) mempelajari teori
sastra, (b) mempelajari kritik dan esai sastra, dan (c) mempelajari sejarah
sastra.
3. Pendokumentasian
Karya Sastra
Usaha
pendokumentasian karya sastra juga termasuk bentuk apresiasi sastra yang secara
nyata ikut melestarikan keberadaan karya sastra.Bentuk apresiasi atau
penghargaan terhadap karya sastra dengan cara mendokumentasikan karya sastra
ini dilihat dari segi fisiknya ikut memlihara karya sastra, menyediakan data
bagi mereka yang membutuhkan, dan menyelamatkan karya sastra dari kepunahan.
4. Kegiatan
Kreatif
Juga
termasuk salah satu kegiatan apresiasi sastra. Dalam kegiatan ini dapat
dilakukan adalah menciptakan karya sastra , misalnya membuat puisis atau
menulis cerita pendek. Hasil cipta siswa dapat dikirimkan dan dimuat dalam
majalah dinding , bulletin OSIS, majalah sekolah, surat kabar ataupun majalah
sastra seperti horizon.selain itu juga dapat dilakukan kegiatan rekreatif,
yaitu menceritakan kembali karya sastra yang dibaca, yang didengar atau
ditontonya.
2.1.5. Tingkat- tingkat Apresiasi Sastra Anak
Kegiatan
memberi penilaian atau penghargaan terhadap sastra anak itu hanya dapat
dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan apresiasi, betapapun relative
sifatnya. Apresiasi seseorang terhadap sastra anak itu tidak mungkin langsung tingggi,
luas, dan mendalam, tetapi berangsur-angsur meningkat dari taraf yang terendah,
tersempit, dan terdangkal menuju ketaraf yang lebih tinggi, lebih luas, dan
lebih mendalam. Cara meningkatkan apresiasi seseorang terhadap sastra anak itu
dapat melalui kegiatan membaca sastra anak sebanyak-banyaknya, mendengarkan
pembacaan sastra anak sebanyak mungkin , dan menonton pertunjukan sastra anak.
Sementara
itu, Yus Rusyana (1979: 2 ) menyatakan ada 3 tingkatan dalam apresiasi sastra ,
yaitu (1) seseorang mengalami pengalaman yang ada dalam karya sastra, ia
terlibat secara emosional, intelektual, dan imajinatif; (2) setelah mengalami
hal seperti itu , kemudian daya inteklektual seseorang itu bekerja lebih giat
menjelajahi medan makna karya sastra yang di apresiasinya; (3) seseorang itu
menyadari hubungan sastra dengan dunia diluarnya sehingga pemahaman dan
penikmatanya dapat dilakukan lebih luas dan mendalam.
2.2 Pembelajaran Sastra Anak Di Sekolah Dasar
P
|
1.pencarian kesenangan pada buku
2.menginterprestasikan bacaan sastra
3.mengembangkan kesadaran bersastra
4.mengembangkan apresiasi
2.menginterprestasikan bacaan sastra
3.mengembangkan kesadaran bersastra
4.mengembangkan apresiasi
Interaksi langsung dengan
karya satra sangat penting karena pada waktu pembaca berhadapan teks sastra,
pembaca adalah pemberi makna. Pembaca yang berbeda akan menghasilkan pemaknaan
yang berbeda yang berbeda pula, sehingga tanggapan orang yang satu dengan yang
lain tidak akan sama. Akibat dari perbedaan pengalaman dan pemaknaan terhadap
bacaan, makna yang diperoleh dan diberikan siswa dalam mengapresiasikan sastra
haruslah merupakan transaksi antara aktifitas jiwa siswa dengan kata-kata yang
terangkai dalam cerita. Makna itu diciptakan dan dibentuk oleh siswa sendiri,
bukan yang ditawarkan guru atau penulis buku. Guru dalam kegiatan apresiasi
bukan penerjemah atau penafsir karya sastra untuk siswanya melainkan hanyalah
sebagai pendorong dan pemberi rangsangan.
Menurut Amiruddin
(1997;207) ada dua tugas guru dalam kegiatan apresiasi yaitu:
1. mengembangkan pengetahuan dan pengalaman siswa
1. mengembangkan pengetahuan dan pengalaman siswa
2. membimbing cara berfikir pada waktu
apresiasi
Subjek dan objek dalam pendidikan bahasa dan
sastra Indonesia khususnya dikelas rendah adalah anak kecil. Dunia anak-anak
yang penuh dengan kegembiraan merupakan salah satu aspek penting untuk
dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran yang cocok diberikan kepada mereka.
Karya sastra merupakan pembelajaran yang cocok untuk diberikan dikelas rendah
karena telah diketahui oleh kita pada umumnya. Dengan membaca karya sastra hati
kita bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan dan menggembirakan . Selain ituu
karya sastra pun memberikan nilai-nilai dan pengetahuan lain yang belum pernah
diketahui oleh anak-anak seperti pengetahuan bagaimana sebaiknya mereka
berinteraksi dengan sesama. Secara tidak langsung juga, karya sastra dapat
dijadikan refleksi kehidupan anak-anak. Karena melalui karya sastra mereka
dapat mencurahkan pengalaman hidup mereka dan pada akhirnya mereka dapat
menemukan nilai-nilai yang terkandung dari pengalaman yang telah mereka
tuangkan ke dalam karya satra. Bagi seorang pendidik di kelas rendah, sangatlah
penting mengetahui nilai- nilai apa saja yang terkandung dalam karya sastra.
Karya sastra secara tidak langsung dapat
membantu kita menanamkan nilai-nilai dan pengetahuan lain dikehidupan
anak-anak. Baik televisi maupun karya sastra memang keduanya baik digunakan
sebagai media belajar. Namun kenyataannya banyak anak yang lebih tertarik
menonton televisi dari pada membaca karya sastra. Padahal karya sastra dapat
menolong anak-anak memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap positif dan
menyadari hubungan manusiawi (sawyerdan comer, 1991:2-5, Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dikelas Rendah; 1996:76).
2.2.1 Pembelajaran Apresiasi Sastra Anak Di SD
Salah
satu faktor keberhasilan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar
ditentukan oleh peranan guru yang profesional dalam menangani bidang
garapannya.
Agar
berhasil melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra anak di sekolah dasar,
seorang guru harus mempersiapkan terlebih dahulu, baik fisik maupun mental.
Secara fisik seorang guru yang sedang mengajar didepan siswanya harus sehat
jasmani dan rohaninya. Berpenampilan sehat, cerah, bersih dan rapi tentu
menjadi teladan murid-muridnya.
Tahap
persiapan pembelajaran apresiasi sastra anak dapat meliputi tiga pokok masalah
yaitu:
1. Memilih
Bahan Ajar
Bahan
ajar dapat diperoleh dari buku-buku bacaan sastra anak di perpustakaan sekolah,
perpustakaan pemerintah daerah, took buku ataupun buku pelajaran sekolah (buku
paket) yang sudah tersedia.
2. Menentukan
Metode Pembelajaran
Beberapa
metode untuk pembelajaran apresiasi sastra anak disekolah dasar yang sekiranya
cocok dapat digunakan antara lain:
a.
Metode berkisah
Metode
berkisah dapat diberikan oleh bapak atau ibu guru didepan kelas dengan
membawakan sebuah kisah.
b.
Metode pembacaan
Metode
pembacaan perlu diberikan kepada siswa untuk melatih vocal. Pembacaan puisi
dengan suara nyaring akan lebih baik.
c.
Metode peragaan
Metode
peragaan lebih cenderung diberikan oleh guru untuk memperagakan gerakan-gerakan
yang tersirat dalam teks sastra anak.
d.
Metode Tanya-jawab
Metode
tanya jawab dapat diberikan setelah terlebih dahulu siswa ikut terlibat
dalam apresiasi sastra anak secara langsung.
3. Menulis
Persiapan Mengajar Harian
Persiapan
Mengajar Harian, biasa disingkat PMH, merupakan suatu perencanaan yang
dilakukan oleh seorang guru sebelum melaksanakan praktek pembelajaran dikelas.
Sistematika penulisan
PMH ini biasanya meliputi beberapa komponen pembelajaran, yaitu (a) mata
pelajaran. (b) pokok bahasan, (c) kelas/semester, (d) alokasi waktu, (e) tujuan
pembelajaran, (f) materi pembelajaran, (g) metode pembelajaran, (h) kegiatan
pembelajaran, (i) evaluasi belajar, (j) daftar pustaka.
4. Pelaksanaan
Pembelajaran
Dalam
melaksanakan pembelajaran apresiasi sastra anak ini tugas guru hanya sebagai
pembimbing, fasilitator, dan nara sumber dari murid-murid yang sedang belajar.
5. Evaluasi
Pembelajaran
Tiga
komponen dasar evaluasi, yaitu meliputi (a) kognisi, (b) efeksi, (c)
keterampilan.
Aspek
kognisi artinya lebih mengutamakan pengetahuan bernalar atau pengembangan daya
pikir sebagai kecerdasan otak. Aspek efeksi artinya lebih mengutamakan unsur
perasaan atau emosional. Adapun aspek keterampilan itu lebih mengutamakan
kemamapuan siswa untuk menyelesaikan tugas
Betty
Hearne (lewat sawyer dan comer, 191:44, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
dikelas rendah, 1996). “Buku anak-anak merupakan tempat bagi emosi yang kuat,
bahasa yang tepat, dan seni yang hebat”.
Dapat
disimpulkan dengan jelas begitu besarnya fungsi buku (bahan ajaran, contoh
karya sastra) dalam kehidupan anak-anak. Maka dengan demikian sebagai seorang
pendidik, kita harus mempunyai pertimbangan khusus dalam memilih buku anak-anak
agar mereka bisa mendapat hal-hal positif dan menyenangi pembelajaran yang
mereka lakukan. Yang menjadi pertimbangan khusus dalam memilih buku (bahan
ajaran, karya satra) ialah kesesuaian isinya dengan kurikulum dan aspek-aspek
tertentu dalam buku yang membangkitkan
minat anak-anak.
Syarat utama tokoh cerita yang cocok bagi anak-anak ialah:
a.
Tokoh utama harus dapat dipercaya
b.
Tokoh harus taat asas (konsisiten) maksudnya watak dasar tokoh tetap utuh,
tidak diubah-ubah.
c. Tokoh binatang menarik bagi anak, maksudnya tokoh binatang tersebut harus memberikan pendidikan pada anak dan diharapkan dengan tokoh-tokoh ini anak-anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap binatang.
c. Tokoh binatang menarik bagi anak, maksudnya tokoh binatang tersebut harus memberikan pendidikan pada anak dan diharapkan dengan tokoh-tokoh ini anak-anak dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap binatang.
Latar
cerita ini menyangkut tempat, waktu, cara tokoh-tokoh, cerita hidup, aspek
cultural lingkungan.
Alur
cerita untuk bacaan/buku anak-anak haruslah jelas, sederhana dan sesuai dengan
kehiddupan nyata. Agar anak-anak tidak sulit memahami isi dari cerita.
Ilustrator
dalam cerita dapat mempertegas tema cerita. Yang sesuai wajibdiperhatiklan kita
harus bisa memilih tema yang sesuai dengan perkembangan kehidupan anak. Contoh
: tema persahabatan atau rasa cinta tanah air.
Karakteristik dan Implikasi untuk Perkembangan
Anak dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
No
|
KARAKTERISTIK
|
IMPLIKASI
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Anak
belajar membaca : mereka senang membaca buku-buku yang mudah dan menunjukan
kemamapuan barunya.
Mereka
belajar menulis dan menyenangi cerita kreasi mereka sendiri.
Jangkauan
perhatian bertambah, dan anak-anak menyenangi cerita yang lebih panjang dari
pada ketika mereka berusia lima tahun.
Anak-anak
dibawah tujuh tahun masih berpandangan dekat dan belajar terus tentang
situasi nyata.
Suatu
waktu umur mereka tepat pada tingkat yang disebut Piaget sebagai operasional
konkret.
|
Menyediakan
buku-buku yang mudah dibaca, dapat mengembangkan keterampilan anak-anak.
Memberi
kesempatan kapada anak-anak untuk menulis, menghias dan memperlihatkan buku
gambar mereka.
Mereka
senang mendengarkan cerita panjang. Mereka mulai menyukai cerita panjang,
bila tiap babnya dilengkapi dengan waktu cerita.
Menyediakan
pengalaman dengan memberi kesempatan untuk melihat, berdiskusi, dan
membuktikan informasi.
Anak-anak
dapat dikembanggkan kearah susunan baru, berupa aturan pengelompokan. Mereka
tidak dapat melihat seluruh objek, tetapi dapat memahami hubungan diantaranya.
|
Tabel 1. Perkembangan Kognitif
No
|
KARAKTERISTIK
|
IMPLIKASI
|
1.
2.
|
Usia
enam tahun tidak memiliki keseimbangan emosi seperti usia lima tahun. Mereka
lebih tegang, bisa jadi menyerang balik guru atau orang lain.
Anak-anak
meminta kebebasan, tetapi memerlukan ketenangan dan keamanan dari orang tua.
|
Bantu
anak-anak menemukan jalan yang layak untuk mangatasi ketegangan mereka. Baca
cerita untuk melukiskan bagaimana anak lain mangatasi ketegangannya.
Menyediakan
kesempatan bagi mereka untuk menunjukan kebebasan, beri mereka kesempatan
untu memilih buku dan kegiatan yang tersedia.
|
Tabel 2. Perkembangan Pribadi
No
|
KARAKTERISTIK
|
IMPLIKASI
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Anak-anak akan menentang orang tua
ketika berada dibawah tekanan.
Mereka ingin bermain dengan
anak-analain seringkali , tetapi menuntut.
Anak-anak merespon terhadap
bantuan atau puji guru. Mereka mencoba menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Mereka menikmati tetap duduk dan
mendengarkan cerita dibacakan di sekolah, dirumah, dll
Anak-anak memiliki pikiran yang
teguh tentang benar atau salah.
Mereka ingin tahu tentang
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
|
Berdasaarkan hati mereka agar
kesensitifannya tersalur ke dalam kegiatan yang lebih bermanfaat.
Berdasarkan hati anak dengan
member kesempatan untuk berperan dalam memecahkan masalah.
Izinkan mereka untuk bekrja dan
mendapat pujian. Pujilah cara mereka membaca, dan berilah mereka buku-buku.
Sering menyediakan waktu untuk
bercerita dan membaca.
Perkenalkan mereka pada
nilai-nilai kebiasaan dan standar tingkah laku melalui orang tua mereka.
Beri mereka buku yang dapat
membantu menjawab pertanyaannya.
|
Tabel 3. Perkembangan
Sosial
2.3 Manfaat Pembelajaran Sastra Anak
D
|
itinjau
dari segi fungsi pragmatiknya, sastra anak berfungsi sebagai pendidikan dan
hiburan. Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang
sesuatu hal, memberi banyak pengetahuan, memberi kreativitas atau keterampilan
anak, dan juga memberi pendidikan moral pada anak. Selain fungsi pendidikan dan
hiburan, menurut Suwardi Endraswara (2002) , sastra anak juga berfungsi (1)
membentuk kepribadian, dan (2) menuntun kecerdasan emosi anak.Perkembangan
emosi anak akan dibentuk melalui karya sastra yang di bacanya. Pembelajaran
sastra anak memiliki manfaat bagi peserta didik. Karya sastra anak memiliki nilai-
nilai yang dapat anak- anak ambil sebagai berikut.
a. Memahami Dunia
a. Memahami Dunia
Melalui karya sastra anak- anak dapat
mempelajari dan memaknai dunia mereka sesuai dengan pemikiran mereka. Dengan
catatan karya sastra yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak seusia
mereka. Contoh karya sastra yang benar-benar diperuntukan bagi anak-anak adalah
karya sastra yang bertemakan “persahabatan”.
b. Membentuk sikap positif
Karya sastra dapat membantu kita membentuk
dan menanamkan sikap-sikap positif diri anak, melalui pembelajaran karya sastra
ialah:
1. Kesadaran
akan harga diri (self-esteem)
Dari
cerita tokoh dalam karya sastra, anak-anak dapat mengambil pengetahuan
bagaimana sikap tokoh-tokoh idola mereka, dan pada masa ini anak-anak selalu
ingin menjadi seperti tokoh itu, dan dari sinilah anak dapat menemukan dirinya,
mengenal pribadi yang ia idolakan.
2.
Toleransi terhadap orang
lain
Melalui karya sastra,
anak-anak dapat melihat bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita(sastra)
berinteraksi, dan dengan bimbingan kita anak-anak dapat mengetahui dan memahami
tentang bagaimana cara menyesuaikan diri dengan yang lain.
3. Keingintahuan tentang hidup
4. Menyadari
hubungan makhluk hidup yang dilibatkan dalam karya sastra anak.
Mempelajari
sesuatu hal dengan sungguh-sungguh tentu ada manfaatnya bagi kehidupan manusia.
Ada sesuatu yang kita dapat darinya, berupa nilai-nilai, sejumlah manfaat yang
lainnya. Setidak-tidaknya terdapat lima manfaat bagi kehidupan ketika mengapresiasi
sastra anak, yaitu manfaat:
- Estetis
Estetika artinya
ilmu tentang keindahan atau cabang filsafat yang membahas tentang keindahan
yang melekat dalam karya seni. Kata estetis artinya indah,tentang
keindahan atau mempunyai nilai keindahan. Manfaat estetis dalam apresiasi
sastra anak adalah manfaat tentang keindahan yang melekat pada sastra anak.
- Pendidikan
Mendidik artinya
memelihara dan memberi latihan (ajaran) mengenai akhlak, budi pekerti, dan
kecerdasan pikir. Manfaat penddikan pada apresiasi sastra anak adalah memberi
berbagai informasi tentang proses pengubahan sikap dan tata laku sesseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan
latihan.
- Kepekaan batin atau sosial
Peka artinya mudah
terasa, mudah tersentuh, mudah bergerak, tidak lalai, dan tajam menerima atau
meneruskan pengaruh dari luar. Manfaat kepekaan batin atau
sosial dalam mengapresiasikan sastra anak adalah upaya untuk selalu
mengasah batin agar mudah tersentuh oleh hal-hal yang bersifat batiniah ataupun
sosial .
- Menambah wawasan
Wawasan artinya
hasil mewawas, tinjauan atau pandangan. Manfaat menambah wawasan dalam
mengapresiasi sastra anak artinya memberi tambahan infprmasi, pengetahuan,
pengalaman hidup, dan pandangan-pandangan tentang kehidupan.
- Pengembangan kejiwaan atau kepribadian.
Manfaat
pengembangan kejiwaan atau kepribadian dari apresiasi sastra anak adalah mampu
menghaluskan budi pekerti seseorang apresiator. Dari banyak membaca karya
sastra tentu banyak pula hal-hal tentang ajaran budi pekerti yang diperolehnya.
Seperti dicontohkan dalam puisi Kupinta Lagi Karya J.E.
Tetengkeng diatas, apa yang diminta oleh manusia itu bukan harta, bukan benda,
bukan kekayaan, dan bukan pula kepangkatan, melainkan agar kembalinya keimanan
yang pernah hilang.
·
Widjojoko
(2007). Teori dan Sejarah Sastra
Indonesia. Bandung: UPI PRESS